
Perhelatan Festival Film Indonesia (FFI) kembali digelar tahun ini. Dengan mengusung tema "Restorasi", diharapkan pergelaran FFI menjadi katalisator dimulainya restorasi besar-besaran perfilman tanah air. Makna restorasi bukan hanya tentang memperbarui film-film lawas yang gambarnya rusak. Akan tetapi restorasi secara lebih luas, mencakup perbaikan sistem pengarsipan film, sehingga film yang dibuat saat ini dapat ditonton generasi penerus. Begitu juga dengan sistem sensor yang membatasi kreativitas para sineas. Kurang tepat menerapkan sistem sensor di negara demokrasi saat ada metode lain yang lebih baik.
Tahun ini FFI 201 diketuai oleh Lukman Sardi dan Reza Rahadian, serta Jay Subyakto sebagai Art Director, rasanya FFI tahun ini akan mengagumkan.
Tanggal yang ditunggu pun datang, sore hari di 6 November, FFI 2016 digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta. Ini adalah kali pertama saya hadir di festival terbesarnya masyarakat perfilman Indonesia.
Gate red carpet dibuka pukul 17.00 WIB, terlihat banyak penonton dan wartawan mengerumuni pagar batas red carpet, serta Indra Bekti yang bercuap-cuap menyapa para aktor, aktris dan sineas yang mulai berdatangan sembari menanyai satu persatu mengenai dresscode mereka.






Memasuki lobby Teater Besar kami disambut dengan makanan prasmanan sebelum akhirnya pukul 19.00 WIB kami dipersilakan masuk ke gedung Teater Besar, tanda acara akan segera dimulai. Kami mendapat tempat duduk dibarisan terdepan dan di tenggah. Di bawah kami terlihat Magenta Orchestra arahan Andi Rianto yang bersiap mengiringi jalannya acara ini.
Acara dibuka oleh duo host Panji dan Ernest Prakasa dengan banyolan-banyolan ala stand up comedy mereka. Kemudian dilanjutkan dengan video pembukaan FFI dari masa kemasa dan sambutan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta pertunjukan musik dari Tiga Dara, Shanti Paredes, Tara Basro dan Tatyana Akman.

Pembacaan nominasi pun dimulai dari kategori film animasi dan efek visual terbaik. Tak disangka setelah itu masuklah ke kategori film pendek terbaik. Saya kira malah film pendek di akan dibacakan di akhir acara, ternyata diawal banget. Saya dan kawan-kawan langsung jadi deg-degan tapi optimis. Setelah cuplikan 5 film pendek yang berkompetisi diputar, kemudian Ray Sahetapi dan Wulan Guritno mulai membuka amplop yang berisi nama film pemenang. Pada saat itu beberapa orang berteriak "Prenjak.. Prenjak.." "Burung..". Lalu pada saat akan dibacakan bersama, Wulan Guritno sempat keduluan nyebut hurunf P tapi belum keluar suaranya, lalu setelah menghitung bersama Ray Sahetapi, keluarlah Prenjak sebagai pemenang kategori film pendek terbaik di FFI 2016 ini. Wah, saya langsung lega banget rasanya. Super senang! Gak menyangka tahun ini bisa hadir di FFI dan berdiri di panggung untuk menjemput Piala Citra pertama kami, tidak pernah kepikiran akan secepat ini. Dan katanya sih tahun ini pialanya berlapis emas beneran, entah berapa karat. Katanya sih..











Setelah acara pagelaran FFI berakhir, masih terdapat acara tambahan yaitu after party. Terdapat band-band dan DJ yang mengiringi berakhirnya malam itu, bersama dengan kudapan-kudapan ringan dan minum-minuman ena. Yang bikin saya happy adalah adanya 2 kulkas berisi es krim walls yang bisa diambil bebas sesuka hati, duh 😍
Tidak ada komentar:
Posting Komentar