Memasuki tahun kelima penyelenggaraannya yang berlangsung 10-11 Maret 2018, acara Film Musik Makan (FMM) akan kembali ke khitah. Pasalnya pemutaran film-film pendek yang sempat absen pada penyelenggaraan FMM tahun lalu kini kembali dihadirkan sebagai menu utama. Absensi film-film pendek di FMM 2017 murni karena keterbatasan jumlah produksi film pendek yang mampir di meja Kolektif selaku penyelenggara.
Tahun ini film-film pendek yang siap mewarnai layar pemutaran FMM adalah Madonna karya Sinung Winahyoko dan film Malila: The Farewell Flower arahan Anucha Boonyawatana asal Thailand. Dua film tersebut terseleksi mengikuti Busan International Film Festival 2017. Madonna memenangi Sonje Award, sementara Malila yang jadi film kedua Anucha menyabet Kim Ji-Seok Award. Film ini juga sukses mendapatkan NETPAC Award dari Taipei Golden Horse Film Festival 2017.
Turut ditayangkan pula film pendek dari Suryo Wiyogo bertajuk Joko yang berkompetisi di Singapore International Film Festival 2017. Juga ada Happy Family dari Eden Junjung yang sebelumnya terpilih di Valletta Film Festival 2017 di Malta dan Official Selection di Bridge of Arts International Film festival 2017, Rusia. Selain itu, FFM turut menjadi tempat pemutaran perdana film pendek terbaru Jason Iskandar bertajuk Elegi Melodi dan Waung arahan Wregas Bhanuteja yang sebelumnya sukses lewat Prenjak di Festival Fim Cannes 2016. Ismail Basbeth yang menyutradarai Talak 3 (2016) dan Mencari Hilal (2015) juga akan memutar film panjang keempatnya, Mobil Bekas dan Kisah-Kisah dalam Putaran.
Hal spesial dari penyelenggaraan kelima FMM lainnnya adalah tempat penyelenggaraan yang kini bukan hanya di Jakarta, tapi juga melebar hingga ke Bandung. Tak lengkap rasanya jika FMM tanpa suguhan musik dan makanan.
Untuk urusan membuai telinga pengunjung, dihadirkan unit pengusung nama Rental Video, sebuah proyek kolaborasi musik akustik yang terinspirasi dari pengalaman menonton film-film Indonesia di era sewa kaset video. Kelompok ini beranggotakan Adrian Yunan (pembetoto bas Efek Rumah Kaca), Harlan Boer (solis pengusung musik folk yang sebelumnya tercatat sebagai personel The Upstairs dan C'mon Lennon), dan Andri Boer (pendiri label musik independen Paviliun Records). Rental Video kini sedang mempersiapkan serial rekaman dengan lagu-lagu antara lain dari kenangan menonton film Bintang Kejora (1986), Anak-Anak GASS dalam Elegi Buat Nana (1988), Arie Hanggara (1985), hingga Si Buta Dari Gua Hantu (1970). Adrian dan Harlan saat temu media menyampaikan bahwa proses penggubahan soundtrack film tersebut menjadi akustik hanya dikumpulkan lewat ingatan. Alasannya karena sulit menemukan kembali film-film yang telah lawas itu.
Suguhan terakhir untuk memanjakan lidah adalah kehadiran "Lapak Makan Sineas" yang diolah langsung dari tangan para sineas Indonesia. Akan hadir rendang kerang dan roti jala dari Kedai Medan (Tia Hasibuan, produser film A Copy of My Mind, Pengabdi Setan), Mie Ayam Kecombrang dan Mie Cumi Hitam dari Nasi Pedes Cipete (Lola Amaria, aktor dan produser film), Babi Panggang dari Panggang Bro (Batara Goempar, Sinematografer film Posesif), dan Kata Kopi (Joshua Dwi, Line Produser Studio Antelope).
Untuk penyelenggaraan di ibu kota, Kolektif kembali menggandeng lembaga kebudayaan Jerman, GoetheHaus, di Menteng (10/3). Sementara di Bandung (11/3), Bahasinema dan Spasial menjadi kolaborator mengadakan FMM. Penyelenggaraan FMM di Kota Kembang akan memutar film Balada Bala Sinema karya Yuda Kurniawan yang menjadi Official Selection di Singapore International Film Festival 2017.
Film-film yang tayang di FMM Jakarta tentu saja tetap ditayangkan juga. Kehadiran FMM di Bandung merupakan ikhtiar Kolektif untuk membuka pintu antara komunitas untuk berkolaborasi di kota-kota luar Jakarta. Seperti yang sudah dilakukan Kolektif sebelumnya, film-film yang tayang di acara ini bisa berkeliling diputar ke kota-kota lain. Beberapa kota seperti Makassar, Padang, Samarinda, dan Medan sudah menyatakan kesiapan memutar film-film yang ditayangkan FMM pada Maret 2018. Kolektif juga membuka kesempatan pemutaran di ruang alternatif kota lain. "FMM adalah tempat yang cair dan organik sebagai ruang untuk bertemu banyak orang dan komunitas dari berbagai macam disiplin. Harapannya dari pertemuan tersebut kerja sama bisa terbentuk," ujar Inisiator Kolektif yang juga produser, Meiske Taurisia, saat konferensi pers FMM di Kinosaurus, Jakarta Selatan (22/2).
Jika ingin hasrat memuaskan mata, telinga, dan lidah sekaligus dalam satu acara, maka FMM mungkin bisa menjadi tempat yang tepat. Acara berlangsung mulai pukul 12.00 WIB. Bagi setiap penonton diberlakukan donasi sebesar Rp150 ribu (di Jakarta) dan Rp100 ribu (di Bandung).
Reservasi bisa dilakukan dengan cara menghubungi 0822-1119-1696 atau mengirim surat elektronik ke filmmusikmakan@gmail.com. Informasi lebih lanjut bisa mengakses akun @kolektiffilm di Instagram.