Episode libur lebaran bersama keluarga kali ini diisi dengan mengunjungi beberapa destinasi wisata yang baru saja dibuka di Gunung Kidul. Semuanya berada di Desa Bejiharjo, jadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Terdapat dua buah goa (Goa Pindul & Goa Gelatik) dan
satu sungai yang bisa kita eksplor dalam satu tempat ini.
satu sungai yang bisa kita eksplor dalam satu tempat ini.
Kami sekeluarga berangkat mruput dari Jogja supaya dapat slot dan tempat tidak dipadati oleh pengunjung lainnya. Usut punya usut dari majalah yang pernah saya baca, wisatawan yang datang ke Desa Bejiharjo ini dibatasi jumlahnya dan harus reservasi terlebih dahulu. Nah, karena saya sudah coba kontak ke CP yang bersangkutan tapi tidak ada balasan, ya sudah kami berangkat gasik saja.
Selesai subuh kami bergegas menuju Gunung Kidul dan stop sebentar di Soto Tan Proyek yang katanya enak tapi menurut saya biasa aja, tapi oke lah ya untuk mengisi perut sebelum memulai petualangan.
Kami sampai di Desa Bejiharjo sekitar pukul 7 pagi dan belum ada pengunjung sama sekali. Yes!
Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah River Tubing di Sungai Oyo. Dengan membayar sebesar
Rp 45.000 / per orang kami diberi peralatan perang seperti live vest, sepatu karet, ban sebesar ban mobil jeep untuk berenang, pemandu wisata dan transportasi menuju ke sungai.
Dari pos utama kami dijemput menggunakan mobil pickup untuk diangkut menuju ke Sungai Oyo.
Pemandangan yang ada disepanjang jalan was beyond my expectation, apik banget! Semacam di film gitu, ada padang jagung gersang, tanah kars kering dipadukan dengan sinar matahari pagi yang mantul membuat mata saya seperti diberi filter kuning, warm banget deh tonenya.
Setibanya di Sungai Oyo saya takjub lagi. Ini beneran di Yogya bukan sih? Kok rasa-rasanya tidak ya..
Saya gak pernah menyangka Gunung Kidul sebagus ini, mungkin karena kemarin-kemarin taunya cuma Pantai Sadranan yang berpasir putih dan Pantai Baron yang berpasir hitam kali ya.
Lagi-lagi, kaya bukan di Indonesia. *lha terus dimana?*
Kata pemandunya kami beruntung datang diwaktu terbaik mengunjungi Sungai Oyo, yaitu dipagi hari sebelum jam 10 pada musim kemarau, karena airnya berwarna hijau tua dan jernih. Berbeda ketika musim hujan datang, air di Sungai Oyo berubah warna menjadi coklat buthek, gak jauh lah sama Sungai Code di daerah Kotabaru, Yogyakarta. Kontur Sungai Oyo ini juga tidak begitu berliku jadi gak bikin pusing kepala, serta dilengkapi dengan dinding batu berwarna putih kecoklatan dikanan kirinya seperti benteng pertahanan. Kalau kata Bapak saya si anak tambang, tekstur bebatuannya menandakan bahwa
dataran ini dahulu pernah berada dibawah permukaan air (seluruh Gunung Kidul sih sebenarnya).
Dengan trek sepanjang 4 kilometer kami terombang ambing diatas ban sambil saling berpegangan tangan satu dalam cita demi masa depan Indonesia Raya, gak ding, biar gak ada yang mrucut dan tetap dalam grup saja demi keselamatan. Ya, selama satu setengah jaman itu kami hanya leyeh-leyeh mengikuti arus air yang tenang sambil mendengarkan cerita-cerita dari pemandu atau sibuk ngobrol sendiri.
Selesai subuh kami bergegas menuju Gunung Kidul dan stop sebentar di Soto Tan Proyek yang katanya enak tapi menurut saya biasa aja, tapi oke lah ya untuk mengisi perut sebelum memulai petualangan.
Kami sampai di Desa Bejiharjo sekitar pukul 7 pagi dan belum ada pengunjung sama sekali. Yes!
Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah River Tubing di Sungai Oyo. Dengan membayar sebesar
Rp 45.000 / per orang kami diberi peralatan perang seperti live vest, sepatu karet, ban sebesar ban mobil jeep untuk berenang, pemandu wisata dan transportasi menuju ke sungai.
Dari pos utama kami dijemput menggunakan mobil pickup untuk diangkut menuju ke Sungai Oyo.
Pemandangan yang ada disepanjang jalan was beyond my expectation, apik banget! Semacam di film gitu, ada padang jagung gersang, tanah kars kering dipadukan dengan sinar matahari pagi yang mantul membuat mata saya seperti diberi filter kuning, warm banget deh tonenya.
Setibanya di Sungai Oyo saya takjub lagi. Ini beneran di Yogya bukan sih? Kok rasa-rasanya tidak ya..
Saya gak pernah menyangka Gunung Kidul sebagus ini, mungkin karena kemarin-kemarin taunya cuma Pantai Sadranan yang berpasir putih dan Pantai Baron yang berpasir hitam kali ya.
Lagi-lagi, kaya bukan di Indonesia. *lha terus dimana?*
Kata pemandunya kami beruntung datang diwaktu terbaik mengunjungi Sungai Oyo, yaitu dipagi hari sebelum jam 10 pada musim kemarau, karena airnya berwarna hijau tua dan jernih. Berbeda ketika musim hujan datang, air di Sungai Oyo berubah warna menjadi coklat buthek, gak jauh lah sama Sungai Code di daerah Kotabaru, Yogyakarta. Kontur Sungai Oyo ini juga tidak begitu berliku jadi gak bikin pusing kepala, serta dilengkapi dengan dinding batu berwarna putih kecoklatan dikanan kirinya seperti benteng pertahanan. Kalau kata Bapak saya si anak tambang, tekstur bebatuannya menandakan bahwa
dataran ini dahulu pernah berada dibawah permukaan air (seluruh Gunung Kidul sih sebenarnya).
Dengan trek sepanjang 4 kilometer kami terombang ambing diatas ban sambil saling berpegangan tangan satu dalam cita demi masa depan Indonesia Raya, gak ding, biar gak ada yang mrucut dan tetap dalam grup saja demi keselamatan. Ya, selama satu setengah jaman itu kami hanya leyeh-leyeh mengikuti arus air yang tenang sambil mendengarkan cerita-cerita dari pemandu atau sibuk ngobrol sendiri.
Ditengah perjalanan kami sempat berhenti disatu titik dimana terdapat air terjun mini dan tebing batu yang cukup tinggi, sehingga bisa digunakan untuk lompat indah. Sungai ini aman kok untuk lompat-lompatan, gak bakal kedaduk watu deh, karena kedalamannya mencapai 11 meter.
Berani gak? W sih cukup degdeg ser..
Berani gak? W sih cukup degdeg ser..
Camera: Aquapix Toycam
Celluloid Film: Fuji Superia 200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar