Jantung of Sirap Wadon

Jantung mereinterpretasi kisah Pembayun, terinspirasi dari naskah Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam karya ini, Pambayun menggugat manipulasi dirinya oleh sang ayah demi membunuh pemberontak Wanabaya, suaminya. Tarian Pambayun menjadi bentuk pemberontakan terhadap kelancangan patriarki mengatur hak milik paling pribadi perempuan—emosi, perasaan, jantungnya. Pemotretan akan memvisualisasikan ide spekulatif: apa yang terjadi kepada Pembayun setelah peristiwa Mangir? Jantung menjadi babak yang penting karena menawarkan narasi alternatif bagi perempuan yang melawan patriarki—bahwa alih-alih berakhir dibunuh atau bunuh diri, ada seorang perempuan yang berjuang menyelamatkan dirinya sendiri… dan tetap hidup.

Jantung reinterprets the story of Pambayun, influenced by the Mangir script written by Pramoedya Ananta Toer. In which, Pembayun defied the manipulation against her, done by her father for the sake of killing the rebel Wanabaya, her husband. Pambayun’s dance became her form of contempt against patriarchy and its ways of controlling her innermost private matter - her emotion, her feeling, her heart. A visualization of a speculative idea, Jantung wonders about what happened to Pambayun after the chapter of Mangir? Jantung becomes a substantial chapter afterward because it offers an alternate narrative for women who wish to fight against patriarchy - that instead of having their lives taken by others or by themselves, women can choose to fight, and survive.

Photographer Ersya Ruswandono
Concept & Stylist Akib Aryou
Muse Mila Rosinta
Accessories Ayyara, Suro Smith
Wardrobe Kraton by Auguste Soesastro, Studio Mardis
Location nDalem Natan Royal Heritage, Yogyakarta, Indonesia








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram