Media & Seksualitas: Film Pendek Sebagai Media Dialektika Tentang Hal yang Dianggap Tabu


Film 'Kado' karya Aditya Ahmad yang membuka tabir bagaimana masyarakat muslim, terutama anak remaja yang sedang mencari identitasnya dengan latar belakang budaya Bugis. 'Kado' banyak menyabet kado penghargaan internasional, salah satunya adalah Best Short Film dalam Festival Film Internasional Venesia ini diproduseri oleh produser kenamaan Mira Lesmana dengan rumah produksi Miles Films.

Film ini berdasarkan kisah nyata pemain utamanya yakni sebagai remaja putri yang bingung akan identitas seksualnya. Hal ini kemudian ditangkap oleh sang sutradara, Aditya Ahmad, yang memang sudah mengenal tokoh utama sejak masih kanak-kanak. Film ini pun menjadi perenungan untuk Aditya Ahmad atas kebingungan dirinya sendiri atas eksistensinya di dunia. Sehingga interpretasi film ini sebenarnya universal untuk semua kalangan, namun memang pembungkusannya menggunakan sosok protagonis lesbian. Berbeda dengan topik diatas dimana kaum LGBT bisa terbuka di lingkungannya dalam video klip The Internet, dalam film ‘Kado’ yang menggunakan latar Indonesia sebagai setting tempatnya tokoh protagonis tertutup akan orientasi seksualnya dan cenderung terselubung dalam menyalurkan dorongan seksualnya. Mereka cenderung terbuka hanya dalam kalangan tertentu saja, misalnya sesama homoseksual / lesbian, keluarga, atau kawan-kawan dekat. 

Dalam film ini kita diajak berdialog tentang bagaimana kehidupan seorang remaja lesbian yang merubah identitas tampilan luarnya sebagai lelaki dengan mengganti pakaian seragamnya menjadi menggunakan celana seusai pulang sekolah, memotong rambutnya dengan tren potongan rambut remaja lelaki masa kini yang pastinya ia tahu dari apa yang sedang in di media sosial untuk dapat menjadi sama dengan citra gender yang ada dalam benaknya yakni lelaki. Sedangkan ketika di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya ia dengan sigap menyulap penampilannya dengan menggunakan kerudung dan rok yang sudah selalu ia siapkan dalam tas ranselnya sebagai identitas asli dirinya yang dianggap orang-orang disekitar. Kemudian terlihat bagaimana relasi tokoh protagonis lesbian ini yang kerap kali diperlakukan kasar oleh Ayahnya ketika ia berpenampilan sebagai lelaki dan selalu mengingatkan anaknya itu bahwa dia adalah perempuan. Dalam film ini juga dimunculkan bagaimana ia bersenda gurau tentang keperawanan dengan kawan laki-lakinya, dimana tokoh protagonis ini sudah tidak dianggap lagi wanita oleh mereka sehingga dengan santai mereka membicarakan bagaimana cara ‘menjebol’ keperawanan itu, misal dalam film terdapat dialog “Ajak saja dia ke hotel, langsung deh dieksekusi disitu!”. Akhir dari film ini mempunyai adegan saat para remaja lelaki ini sedang menggoda waria di pinggir jalan, tokoh protagonis film ‘Kado’ akhirnya termenung dan merefleksikan dirinya karena salah satu teman lelakinya berkata “Tetek palsu aja bangga, tapi kalian juga pada mau kan?”.  



Film ini secara gamblang memberikan fakta yang ada di suatu kelompok masyarakat Muslim di Indonesia tepatnya di Makassar, dimana dalam Suku Bugis yang mempercayai adanya 5 gender, 3 gender selain laki-laki dan perempuan yaitu calalai (seseorang dengan tubuh biologis perempuan namun mengambil peran dan fungsi laki–laki atau dengan kata lain kaum perempuan yang sifat maskulinnya menonjol), calabai (seseorang dengan tubuh biologis laki–laki namun mengambil peran dan fungsi perempuan) dan bissu (dianggap sebagai perpaduan dari keempat gender yang ada, tidak sembarang orang dapat dianggap sebagai bissu, oleh karenanya nissu dianggap memiliki kedudukan dan peran yang tinggi dalam masyarakat.) pun tidak bisa menerima adanya perbedaan orientasi seksual karena terbelenggu norma agama yang menjadi patron utama dalam kegiatan lingkungan masyarakat dalam film tersebut. 

Dahulu orang menggunakan metafora agar tidak dianggap gamblang namun sekarang sepertinya hal tersebut sudah bergeser. Metafora dianggap sebagai hal yang elegan dalam visual. Keterbukaan masyarakat semakin bertambah dengan adanya perkembangan dunia digital, karena mereka dapat semakin banyak melihat perbedaan sehingga perbenturan karena perbedaan pemahaman dapat diminimalisir, walaupun disatu sisi juga dapat semakin memberikan dampak sebagai pemecah belah. Seksualitas yang sering kita lihat sangat berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etika. Spektrum sikap mengenai seksualitas memiliki rentang mulai dari pandangan tradisional (hubungan seks hanya boleh dalam perkawinan) sampai dengan sikap yang memperbolehkan sesuai dengan keyakinan individu tentang perbuatannya. Namun walaupun agama dan budaya memegang peranan penting, akan tetapi keputusan seksual pada akhirnya diserahkan pada individu. 

__________________________________________________________________________________________________________

Daftar Pustaka:

Boellstorff, Tom. 2005. The Gay Archipelago: Sexuality and Nation in Indonesia. Princeton and Oxford: Princeton University Press.

Demartoto, Argyo. Mengerti, Memahami dan Menerima Fenomena Homoseksual. Semarang: Universitas Diponegoro

Suryakusuma, Julia. 2012. Agama, Seks & Kekuasaan. Indonesia: Komunitas Bambu 

https://tirto.id/ekspresi-seksualitas-lewat-gambar-di-instagram-chEz 

http://www.infobudaya.net/2017/09/suku-bugis-5-gender/ h

ttps://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_pelangi_(gerakan_LGBT) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram